Jenis tulisan opini:
Opini masyarakat tentang banjir di
wilayah DKI Jakarta
Mengatasi banjir di Jakarta
layaknya “Mission Impossible”. Jika tidak disertai komitmen yang kuat dan tekad
yang tidak mudah putus asa, maka usaha mengatasi banjir akan gagal. Kita bisa
melihat bagaimana kuatnya komitmen dan tekad yang tidak mudah putus asa yang
dimiliki Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) untuk mengatasi banjir.
Seandainya Jokowi tidak punya
komitmen kuat dan sangat mudah putus asa, bisa saja setahun menjadi Gubernur,
Jokowi sudah angkat tangan. Tetapi dia tidak menyerah dan terus berusaha. Semua
orang menuntut Jokowi untuk segera mengatasi semua masalah yang ada di Jakarta,
tetapi tidak semua orang yang mau bergerak membantu Jokowi menyelesaikan
masalah di Jakarta, khususnya banjir.
Jokowi, mengaku pasrah atas
musibah banjir yang masih melanda beberapa wilayah di DKI Jakarta, Senin
(2/11/2013) kemarin. Program antisipasi banjir masih terhambat pembangunan
rusun. Jokowi mengatakan, program mengurangi titik banjir adalah menormalisasi
13 sungai di DKI Jakarta. Namun, normalisasi itu belum bisa dilakukan karena
masih ada permukiman warga di beberapa titik bantaran sungai DKI.
Lalu apakah Jokowi diam saja
terhadap masalah banjir yang terus mendera Jakarta?? Tentu saja tidak. Yang
dilakukan Jokowi saat ini adalah terus memantau kondisi ketinggian air di
setiap sungai, khususnya Sungai Ciliwung. Jika memasuki status tertentu,
pihaknya langsung koordinasi dengan warga yang bermukim di bantaran untuk
bersiap-siap menghadapi banjir kiriman dari daerah Bogor.
Relokasi dinilai menjadi penentu
keberhasilan pemerintah pusat menanggulangi banjir di Kota Jakarta tersebut.
Jokowi mengatakan, pihaknya telah menyiapkan dua unit rumah susun untuk warga
relokasi bantaran sungai, yakni di Pasar Minggu dan Pasar Rumput. Namun,
rampungnya pembangunan rusun tersebut baru selesai 2014 yang akan datang.
“Kalau mereka mau pindah dari
situ ya lebih baik. Kalau tidak ya harus nunggu rusun. Rusun kan baru dimulai,”
ujar Jokowi.
Menyelesaikan masalah banjir di
Jakarta memang tidak berhenti pada normalisasi sungai. Menormalisasi masyarakat
di sekitar sungai juga menjadi kunci sukses penanganan banjir di Jakarta.
Masyarakat sekitar sungai bukan hanya bisa mengganggu proses normalisasi
sungai, tetapi juga menjadi pihak yang membuat sungai penuh dengan sampah.
Turunnya debit air sangat besar
dipengaruhi oleh sampah yang menumpuk didasar sungai dan membuat daya tampung
sungai semakin rendah. Perilaku masyarakat yang suka membuang sampah di dalam
dan sekitar sungai merupakan penyebab sungai tidak lagi mampu menampung debit
air dan akhirnya banjir.
Karena itu, sangat dibutuhkan
kerjasama dari masyarakat sekitar sungai untuk mau relokasi secara sendirinya.
Memang membutuhkan uang yang tidak banyak, tetapi akan mampu menolong penanganan
banjir dengan lebih maksimal. Tetapi apakah masyarakat sekitar sungai mau??
Inilah yang terus menjadi tugas
berat Jokowi dalam menangani masalah banjir. Meski sudah berusaha melakukan
semua yang bisa dilakukannya, tetap saja kerja sama dengan masyarakat sangat
diperlukan. Karena masalah banjir tidak bisa hanya Jokowi yang menyelesaikan.
Masyarakat sekitar sungai juga harus mau ikut kerja sama.
Semoga saja normalisasi
sungai-sungai di Jakarta diikuti juga dengan normalisasi masyarakat sekitar
sungai. Supaya penanganan banjir bisa maksimal dilakukan dan sungai bebas dari
sampah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar