Selasa, 19 November 2013

TUGAS JURNALISTIK



Jenis tulisan opini:
Opini masyarakat tentang banjir di wilayah DKI Jakarta
Mengatasi banjir di Jakarta layaknya “Mission Impossible”. Jika tidak disertai komitmen yang kuat dan tekad yang tidak mudah putus asa, maka usaha mengatasi banjir akan gagal. Kita bisa melihat bagaimana kuatnya komitmen dan tekad yang tidak mudah putus asa yang dimiliki Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) untuk mengatasi banjir.
Seandainya Jokowi tidak punya komitmen kuat dan sangat mudah putus asa, bisa saja setahun menjadi Gubernur, Jokowi sudah angkat tangan. Tetapi dia tidak menyerah dan terus berusaha. Semua orang menuntut Jokowi untuk segera mengatasi semua masalah yang ada di Jakarta, tetapi tidak semua orang yang mau bergerak membantu Jokowi menyelesaikan masalah di Jakarta, khususnya banjir.
Jokowi, mengaku pasrah atas musibah banjir yang masih melanda beberapa wilayah di DKI Jakarta, Senin (2/11/2013) kemarin. Program antisipasi banjir masih terhambat pembangunan rusun. Jokowi mengatakan, program mengurangi titik banjir adalah menormalisasi 13 sungai di DKI Jakarta. Namun, normalisasi itu belum bisa dilakukan karena masih ada permukiman warga di beberapa titik bantaran sungai DKI.
Lalu apakah Jokowi diam saja terhadap masalah banjir yang terus mendera Jakarta?? Tentu saja tidak. Yang dilakukan Jokowi saat ini adalah terus memantau kondisi ketinggian air di setiap sungai, khususnya Sungai Ciliwung. Jika memasuki status tertentu, pihaknya langsung koordinasi dengan warga yang bermukim di bantaran untuk bersiap-siap menghadapi banjir kiriman dari daerah Bogor.
Relokasi dinilai menjadi penentu keberhasilan pemerintah pusat menanggulangi banjir di Kota Jakarta tersebut. Jokowi mengatakan, pihaknya telah menyiapkan dua unit rumah susun untuk warga relokasi bantaran sungai, yakni di Pasar Minggu dan Pasar Rumput. Namun, rampungnya pembangunan rusun tersebut baru selesai 2014 yang akan datang.
“Kalau mereka mau pindah dari situ ya lebih baik. Kalau tidak ya harus nunggu rusun. Rusun kan baru dimulai,” ujar Jokowi.
Menyelesaikan masalah banjir di Jakarta memang tidak berhenti pada normalisasi sungai. Menormalisasi masyarakat di sekitar sungai juga menjadi kunci sukses penanganan banjir di Jakarta. Masyarakat sekitar sungai bukan hanya bisa mengganggu proses normalisasi sungai, tetapi juga menjadi pihak yang membuat sungai penuh dengan sampah.
Turunnya debit air sangat besar dipengaruhi oleh sampah yang menumpuk didasar sungai dan membuat daya tampung sungai semakin rendah. Perilaku masyarakat yang suka membuang sampah di dalam dan sekitar sungai merupakan penyebab sungai tidak lagi mampu menampung debit air dan akhirnya banjir.
Karena itu, sangat dibutuhkan kerjasama dari masyarakat sekitar sungai untuk mau relokasi secara sendirinya. Memang membutuhkan uang yang tidak banyak, tetapi akan mampu menolong penanganan banjir dengan lebih maksimal. Tetapi apakah masyarakat sekitar sungai mau??
Inilah yang terus menjadi tugas berat Jokowi dalam menangani masalah banjir. Meski sudah berusaha melakukan semua yang bisa dilakukannya, tetap saja kerja sama dengan masyarakat sangat diperlukan. Karena masalah banjir tidak bisa hanya Jokowi yang menyelesaikan. Masyarakat sekitar sungai juga harus mau ikut kerja sama.
Semoga saja normalisasi sungai-sungai di Jakarta diikuti juga dengan normalisasi masyarakat sekitar sungai. Supaya penanganan banjir bisa maksimal dilakukan dan sungai bebas dari sampah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar